watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

MONTOXNYA TANTE LENA

Petualangan cinta dengan tante LENA merupakan
sebuah pengalaman sex yang tidak bisa aku
lupakan
karena hal ini aku bisa melakukan bercinta
dengan tante yang melebihi usiaku pada saat ini
yang mengijak ke 25 tahun dan tante LENA ber
umur 32 tahun tapi masih kelihatan seumuran
dengan ku.
memang tante ini suka merawat tubuhnya
disalon dan rutin dengan olah raga jadi masih
kelihatan muda sekali.
Oh ya perkenalkan namaku Djoel ceritaku ini
merupakan sebuah pengalaman pribadi dan aku
ingin berbagi
kepada kalian semua
Tante LENA mempunyai wajah yang cantik
dengan rambut sebahu. Kulitnya putih bersih.
Selain itu yang
membuatku selama ini terpesona adalah
payudara tante LENA yang luar biasa montok.
Perkiraanku payudaranya
berukuran 36C. Ditambah lagi pinggul aduhai
yang dimiliki oleh janda cantik itu. Bodi tante
LENA yang indah itulah
yang membuatku tak dapat menahan birahiku
dan selalu berangan-angan bisa menikmati
tubuhnya yang padat berisi.
Setiap melakukan onani, wajah dan tubuh
tetanggaku itu selalu menjadi inspirasiku.
Pagi itu jam sudah menunjukan angka tujuh.
Aku sudah bersiap untuk berangkat ke kampus.
Motor aku jalankan pelan keluar dari gerbang
rumah. Dikejauhan aku melihat sosok seorang
wanita yang berjalan sendirian. Mataku secara
reflek terus mengikuti wanita itu. Maklum aja,
aku terpesona melihat tubuh wanita itu yang
menurutku aduhai, meskipun dari belakang.
Pinggul dan pantatnya sungguh membuat
jantungku berdesir. Saat itu aku hanya
menduga-duga
kalau wanita itu adalah tante LENA.
Bersamaan dengan itu, celanaku mulai agak
sesak karena kontolku mulai tidak bisa diajak
kompromi
alias ngaceng berat. Perlahan-lahan motor aku
arahkan agak mendekat agar yakin bahwa
wanita itu adalah tante LENA.
“Eh tante LENA. Mau kemana tante?” sapaku.
Tante LENA agak kaget mendengar suaraku. Tapi
beliau kemudian tersenyum manis dan
membalas sapaanku.
“Ehm.. Kamu Djoel. Tante mau ke kantor. Kamu
mau ke kampus?” tante LENA balik bertanya.
“Iya nih tante. Masuk jam delapan. Kalau gitu
gimana kalau tante saya anter dulu ke kantor?
Kebetulan saya bawa helm satu lagi,” kataku
sambil menawarkan jasa dan berharap tante
LENA
tidak menolak ajakanku.
“Nggak usah deh, nanti kamu terlambat sampai
kampus lho”
Suara tante LENA yang empuk dan lembut
sesaat membuat penisku semakin menegang.
“Nggak apa-apa kok tante. Lagian kampus saya
kan sebenarnya dekat,”
kataku sambil mataku selalu mencuri pandang ke
seluruh tubuhnya yang pagi itu mengenakkan
bletzer
dan celana panjang. Meski tertutup oleh pakaian
yang rapi, tapi aku tetap bisa melihat
kemontokan
payudaranya yang lekukannya tampak jelas.
“Benar nih Djoel mau nganterin tante ke kantor?
Kalau gitu bolehlah tante bonceng kamu,” kata
tante LENA sambil melangkahkan kakinya
diboncengan.
Aku sempat agak terkejut karena cara
membonceng tante yang seperti itu. Tapi
bagaimanapun aku tetap
diuntungkan karena punggungku bisa sesekali
merasakan empuknya payudara tante yang
memang sangat aku kagumi.
Apalagi ketika melewati gundukan yang ada di
jalan, rasanya buah dada tante semakin tambah
menempel di punggungku.
Pagi itu tante LENA aku anter sampai ke
kantornya. Dan aku segera menuju ke kampus
dengan perasaan senang.
Waktu itu hari sabtu. Kebetulan kuliahku libur.
Tiba-tiba telepon di sebelah tempat tidurku
berdering.
Segera saja aku angkat. Dari seberang terdengar
suara lembut seorang wanita.
“Bisa bicara dengan Djoel?”
“Iya saya sendiri?” jawabku masih dengan tanda
tanya karena merasa asing dengan suara
ditelepon.
“Selamat pagi djoel. Ini tante LENA...!,” aku
benar-benar kaget bercampur aduk.
“Se.. Selamat.. Pa.. Gi tante. Wah tumben nelpon
saya. Ada yang bisa saya bantu tante?” kataku
agak gugup.
“Pagi ini kamu ada acara nggak djoel?
Kalau nggak ada acara datang ke rumah tante ya.
Bisa kan?” Pinta tante Keny dari ujung telepon.
“Eh.. Dengan senang hati tante. Nanti sehabis
mandi saya langsung ke tempat tante,” jawabku.
Kemudian sambil secara reflek tangan kiriku
memegang kontolku yang mulai membesar
karena membayangkan tante LENA.
“Baiklah kalau begitu. Aku tunggu ya. Met pagi
djoel.. Sampai nanti!”
suara lembut tante LENA yang bagiku sangat
menggairahkan itu akhirnya hilang diujung
tepelon sana.
Pagi itu aku benar-benar senang mendengar
permintaan tante LENA untuk datang ke
rumahnya. Dan pikiranku nglantur kemana-
mana.
Sementara tanganku masih saja mengelus-elus
penisku yang makin lama, makin membesar
sambil membayangkan
jika yang memegang kontolku itu adalah tante
LENA. Karena hasratku sudah menggebu,
maka segera saja aku lampiaskan birahiku itu
dengan onani.
Aku bayangkan aku sedang bersetubuh dengan
tante LENA yang sudah telanjang bulat sehingga
payudaranya yang montok
menunggu untuk dikenyot dan diremas. Mulut
dan tanganku segera menyapu seluruh tubuh
Tante LENA.
“Tante.. Tubuhmu indah sekali. Payudaramu
montok sekali tante. Aaah.. Ehs.. Ah,”
mulutku mulai merancau membayangkan
nikmatnya ML dengan tante LENA.
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 8 lebih 30
menit. Aku sudah selesai mandi dan berdandan.
“Nah, sekarang saatnya berangkat ke tempat
tante LENA. Aku sudah nggak tahan pingin lihat
kemolekan
tubuhmu dari dekat sayang,” gumamku dalam
hati.
Kulangkahkan kakiku menuju rumah tante LENA
yang hanya berjarak 100 meter aja dari
rumahku.
Sampai di rumah janda montok itu, segera saja
aku ketuk pintunya.
“Ya, sebentar,” sahut suara seorang wanita dari
dalam yang tak lain adalah tante LENA.
Setelah pintu dibuka, mataku benar-benar
dimanja oleh tampilan sosok tante LENA yang
aduhai dan berdiri persis di hadapanku.
Pagi itu tante mengenakan celana street hitam
dipadu dengan atasan kaos ketat berwarna
merah dengan belahan lehernya
yang agak ke bawah. Sehingga nampak jelas
belahan yang membatasi kedua payudaranya
yang memang montok luar biasa.
Tante LENA kemudian mengajakku masuk ke
dalam rumahnya dan menutup serta mengunci
pintu kamar tamu.
Aku sempat dibuat heran dengan apa yang
dilakukan janda itu.
“Ada apa sih tante, kok pintunya harus ditutup
dan dikunci segala?” tanyaku penasaran.
Senyuman indah dari bibir sensual tante LENA
mengembang sesaat mendengar pertanyaanku.
“Oh, biar aman aja. Kan aku mau ajak kamu ke
kamar tengah biar lebih rilek ngobrolnya sambil
nonton TV,”
jawab tante LENA seraya menggandeng
tanganku mengajak ke ruangan tengah.
Sebenarnya sudah sejak di depan pintu tadi
penisku tegang karena terangsang oleh
penampilan tante LENA.
Malahan kali ini tangan halusnya menggenggam
tanganku, sehingga kontolku nggak bisa diajak
kompromi
karena semakin besar aja. Di ruang tengah
terhampar karpet biru dan ada dua bantal besar
diatasnya.
Sementara diatas meja sudah disediakan
minuman es sirup berwarna merah. Kami
kemudian duduk berdampingan.
“Ayo djoel diminum dulu sirupnya,” kata tante
padaku.
Aku kemudian mengambil gelas dan
meminumnya.
“djoel. Kamu tahu nggak kenapa aku minta
kamu datang ke sini?”
tanya tante Ken sambil tangan kanan beliau
memegang pahaku hingga membuatku terkejut
dan agak gugup.
“Ehm.. Eng.. Nggak tante,” jawabku.
“Tante sebenarnya butuh teman ngobrol....
Maklumlah anak-anak tante sudah jarang sekali
pulang karena kerja mereka di luar kota dan
harus sering menetap disana.
Jadinya ya.. Kamu tahu sendiri kan, tante
kesepian. Kira-kira kamu mau nggak jadi teman
ngobrol tante?
Nggak harus setiap hari kok..!,” kata tente Ken
seperti mengiba.
Dalam hati aku senang karena kesempatan untuk
bertemu dan berdekatan dengan tante akan
terbuka luas.
Angan-angan untuk menikmati pemandangan
indah dari tubuh janda itu pun tentu akan
menjadi kenyataan.
“Kalau sekiranya saya dibutuhkan, ya boleh-
boleh aja tante.
Justru saya senang bisa ngobrol sama tante.
Biar saja juga ada teman. Bahkan setiap hari juga
nggak apa kok”
Tante tersenyum mendengar jawabanku.
Akhirnya kami berdua mulai ngobrol tentang apa
saja sambil menikmati acara di TV.
Enjoi sekali. Apalagi bau wangi yang menguar
dari tubuh tante membuat angan-anganku
semakin melayang jauh.
“djoel, udara hari ini panas ya? Tante kepanasan
nih.
Kamu kepanasan nggak?” tanya tante LENA yang
kali ini sedikit manja.
“Ehm.. Iya tante. Panas banget.
Padahal kipas anginnya sudah dihidupin,”
jawabku sambil sesekali mataku melirik buah
dada tante yang agak menyembul,
seakan ingin meloncat dari kaos yang
menutupinya.
Mata Tante LENA terus menatapku hingga
membuatku sedikit grogi,
meski sebenarnya birahiku sedang menanjak.
Tanpa kuduga, tangan tante memegang kancing
bajuku.
“Kalau panas dilepas aja ya djoel, biar cepet
adem,”
kata tante LENA sembari membuka satu-persatu
kancing bajuku,
dan melepaskannya hingga aku telanjang dada..
Aku saat itu benar-benar kaget dengan apa yang
dilakukan tante padaku.
Dan aku pun hanya bisa diam terbengong-
bengong.
Aku tambah terheran-heran lagi dengan sikap
tente LENA pagi itu yang memintaku
untuk membantu melepaskan kaos ketatnya.
“djoel, tolongin tante dong. Lepasin kaos tante.
Habis panas sih..,”
pinta tante Ken dengan suara yang manja tapi
terkesan menggairahkan.
Dengan sedikit gemetaran karena tak menyangka
akan pengalaman nyataku ini,
aku lepas kaos ketat berwarna merah itu dari
tubuh tante LENA.
Dan apa yang berikutnya aku lihat sungguh
membuat darahku berdesir dan penisku semakin
tegang membesar
serta jantung berdetak kencang. Payudara tante
Ken yang besar tampak nyata di depan mataku,
tanpa terbungkus kutang. Dua gunung indah
milik janda itu tampak kencang dan padat sekali.
“Kenapa djoel. Kok tiba-tiba diam?” tanya tante
LENA padaku.
“E.. Em.. Nggak apa-apa kok tante,” jawabku
spontan sambil menundukkan kepala.
“Ala.. enggak usah pura-pura. Aku tahu kok apa
yang sedang kamu pikirkan selama ini.
Tante sering memperhatikan kamu.
djoel sebenarnya sudah lama pingin ini tante
kan?”
kata tante sambil meraih kedua tanganku dan
meletakkan
telapak tanganku di kedua buah dadanya yang
montok.
“Ehm.. Tante.. Sa.. Ya.. Ee..,” aku seperti tak
mampu menyelesaikan kata-kataku karena
gugup.
Apalagi tubuh tante LENA semakin merapat ke
tubuhku.
“djoel.. Remas susuku ini sayang. Ehm.. Lakukan
sesukamu.
Nggak usah takut-takut sayang.
Aku sudah lama ingin menimati kehangatan dari
seorang laki-laki,”
rajuk tante LENA sembari menuntun tanganku
meremas payudara montoknya.
Sementara kegugupanku sudah mulai dapat
dikuasai.
Aku semakin memberanikan diri untuk
menikmati kesempatan langka yang selama ini
hanya ada dalam angan-anganku saja.
Dengan nafsu yang membara, susu tante LENA
aku remas-remas. Sementara bibirku dan
bibirnya
saling berpagutan mesra penuh gairah.
Entah kapan celanaku dan celana tante lepas,
yang pasti saat itu tubuh kami berdua sudah
polos tanpa selembar kainpun menempel di
tubuh.
Permaianan kami semakin panas.
Setelah puas memagut bibir tante, mulutku
seperti sudah nggak sabar untuk menikmati
payudara montoknya
“Uuhh.. Aah..” Tante LENA mendesah-desah
tatkala lidahku menjilat-jilat ujung puting
susunya yang berbentuk dadu.
Aku permainkan puting susu yang munjung dan
menggiurkan itu dengan bebasnya.
Sekali-kali putingnya aku gigit hingga membuat
Tante Ken menggelinjang merasakan
kenikmatan.
Sementara tangan kananku mulai
menggerayangi ‘vagina’ yang sudah mulai
basah.
Aku usap-usap bibir vagina tante dengan lembut
hingga desahan-desahan menggairahkan
semakin keras dari bibirnya.
“djoel.. Nik.. Maat.. Sekali sa.. Yaang.. Uuuhh..
Puasin tante sayang.. Tubuhku adalah milikmu,”
suara itu keluar dari bibir janda montok itu.
Aku menghiraukan ucapan tante karena sedang
asyik menikmati tubuh moleknya.
Perlahan setelah puas bermain-main dengan
payudaranya mulutku mulai kubawa ke bawah
menuju vagina tante LENA yang bersih terawat
tanpa bulu.
Dengan leluasa lidahku mulai menyapu vagina
yang sudah basah oleh cairan.
Aku sudah tidak sabar lagi. Batang penisku yang
sudah sedari tadi tegak berdiri
ingin sekali merasakan jepitan vagina janda
cantik nan montok itu.
Akhirnya, perlahan kumasukkan batang penisku
ke celah-celah vagina.
Sementara tangan tante membantu menuntun
tongkatku masuk ke jalannya.
Kutekan perlahan dan..
“Aaah..” suara itu keluar dari mulut tante Ken
setelah penisku berhasil masuk ke dalam liang
senggamanya.
Kupompa penisku dengan gerakan naik turun.
Desahan dan erangan yang menggairahkanpun
meluncur dari mulut tante yang sudah semakin
panas birahinya.
“Aach.. Ach.. Aah.. Terus sayang.. Lebih dalam..
Lagi.. Aah.. Nik.. Mat..,” tante Ken mulai
menikmati permainan itu.
Aku terus mengayuh penisku sambil mulutku
melumat habis kedua buah dadanya yang
montok.
Mungkin sudah 20 menitan kami bergumul.
Aku merasa sudah hampir tidak tahan lagi.
Batang kemaluanku sudah nyaris
menyemprotkan cairan sperma.
“Tante.. Punyaku sudah mau keluar..”
“Tahan seb.. Bentar sayang.. Aku jug.. A.. Mau
sampai.. Aaach..” akhirnya tante LENA tidak
tahan lagi.
Kamipun mengeluarkan cairan kenikmatan
secara hampir bersamaan.
Banyak sekali air mani yang aku semprotkan ke
dalam liang senggama tante,
hingga kemudian kami kecapekan dan berbaring
di atas karpet biru.
“Terima kasih djoel. Tante puas dengan
permainan ini. Kamu benar-benar jantan.
Kamu nggak nyeselkan tidur dengan tante?”
tanya beliau padaku.
Aku tersenyum sambil mencium kening janda
itu dengan penuh sayang.
“Aku sangat senang tante. Tidak kusangka tante
memberikan kenikmatan ini padaku.
Karena sudah lama sekali aku berangan-angan
bisa menikmati tubuh tante yang montok ini”
Tante LENA tersenyum senang mendengar
jawabanku.
“djoel sayang. Mulai saat ini kamu boleh tidur
dengan tante kapan saja,
karena tubuh tante sekarang adalah milikmu.
Tapi kamu juga janji lho. Kalau tante kepingin..
kamu temani tante ya.,” kata tante LENA
kemudian.
Aku tersenyum dan mengangguk tanda setuju.
Dan kami pun mulai saling merangsang dan
bercinta untuk yang kedua kalinya.
Hari itu adalah hari yang tidak pernah bisa aku
lupakan.
Karena angan-anganku untuk bisa bercinta
dengan tante LENA dapat terwujud menjadi
kenyataan.
Sampai saat ini sampai kutuliskan cerita ini aku
dan tante LENA masih selalu melakukan aktivitas
sex dengan berbagai variasi.
Dan kami sangat bahagia.


Adult | GO HOME | Exit
1/6266
U-ON

inc Powered by Xtgem.com